Beberapa daerah di negri ini terkenal sebagai penghasil kain tenun yang indah dan Toraja salah satunya. Pembuatan kain tenun tidak bisa dibilang mudah, para wanita pekerja tenun di daerah biasanya membutuhkan waktu berhari-hari untuk menyelesaikan selembar kain tenun. Hasilnya? Tenun hasil tangan memang tidak pernah gagal memancarkan ciri khas daerah asalnya. Sayangnya, berbagai macam faktor membuat tenun hanya terkenal untuk dibicarakan. Pada kenyataannya, perputaran kain tenun dari pengrajin kain tenun ke pembeli tidak selancar yang dibayangkan.

Dinny Jusuf, mantan Sekretaris Jendral Komnas Perlindungan Perempuan tahun 2008 memutuskan untuk kembali menengok kampung halaman sang suami. Kepulangannya itu membuka mata Dinny terkait eliat kain tenun Toraja yang hampir mati bahkan di tanah sendiri. Ditambah Dinny melihat sendiri bagaimana kehidupan wanita Toraja di daerah, 70% dari mereka hidup di bawah garis kemiskinan. Maka tekadnya bulat untuk menghidupkan lagi geliat kain tenun Toraja sekaligus memberdayakan perempuan-perempuan daerah tersebut untuk hidup mandiri, didirikanlah Toraja Melo.

Torajamelo memiliki arti “Toraja yang Indah”. Melalui Toraja Melo, Dinny berhasil dan konsisten menghidupkan kembali geliat kain tenun Toraja sekaligus memberdayakan perempaun-perempuan di daerah. Yang Dinny lakukan adalah membuat item fashion dengan bahan atau gimmick kain tenun Toraja, dengan demikian Kain Tenun Toraja menjadi lebeih dekat dengan kehidupan sehari-hari.

Pada tahun 2016, tercatat sudah 1.000 penenun yang bergabung dengan Toraja Melo di 4 daerah, yaitu Toraja, Mamasa, Pulau Adonara dan Pulau Lembata, Flores Timur. Kain Tenun Toraja itu menggeliat hebat, dilestraikan oleh perempuan-perempuan di tanahnya.

Ingin jadi bagian dari geliat Kain Tenun Toraja? Temui Toraja Melo di website www.kuka.co.id