BALI’S CULTURE AND CULINARY

05 Sep 2016   Ku Ka   Saatnya Lokal   Dibaca : 2251 kali.
Bali’s Culture and Culinary

Bali, tidak hanya bisa dinikmati keindahan alam dan lautnya saja. Beragam makanan serta budaya atau adat yang sangat kental bisa kita nikmati sebagai pilihan lain untuk menikmati Bali. Beragam pilihan kuliner tersaji di Bali, mulai dari Sate Lilit Lawar, Bebek Betutu, hingga Babi Guling yang tersohor itu dan memiliki makna filosofis sendiri didalamnya. Tidak lupa pula untuk menikmati atau sekedar menyaksikan perayaan Hari Raya yang ada di Bali dan mengetahui makna dari perayaan Hari Raya itu sendiri.

Sate lilit

Menikmati sate dengan cara lain. Buat kalian yang sering berkunjung ke Bali, pasti sudah tidak asing lagi mendengar menu makanan khas yang satu ini. Sate lilit, panganan khas Bali ini memang menarik dan tidak seperti sate pada umumnya. Sate ini terbuat dari daging ikan atau ayam yang dihaluskan dan dililitkan ke batang serai. Sate lilit ini juga tidak menggunakan bumbu kacang seperti sate biasanya. Tidak ada saus atau bumbu kecap dan kacang yang ada di sate tersebut. 


Lawar 

Lawar juga merupakan salah satu makanan tradisional Bali yang bisa kalian nikmati ketika berkunjung kesana. Lawar itu sendiri merupakan sayuran yang dicampur dengan daging cincang, rempah-rempah, dan parutan kelapa. Ada dua jenis Lawar yang biasanya dikonsumsi, yaitu Lawar Merah dan Lawar Putih. Perbedaannya hanya dari bahan dasarnya, kalau Lawar Merah itu dicampur dengan darah babi, sedangkan untuk Lawar Putih sebagian besar terbuat dari daging kelapa dan tidak menggunakan darah.
 
Photo by Pinterest

Babi Guling

Buat yang sering ke Bali, sudah ngga asing lagi dengan makanan yang satu ini. Babi Guling, yaa memang hanya sebagian orang saja yang bisa mengkonsumsi hewan yang satu ini. Dibalik kepopuleran namanya, ternyata Babi Guling memiliki nilai filosofis dan seringnya dikonsumsi sebelum perayaan hari raya oleh masyarakat Bali.
Hewan babi identik dengan sifatnya yang pemalas. Di dalam kepercayaan masyarakat Bali, sebelum perayaan hari raya harus mensucikan diri dengan menghilangkan sifat-sifat yang buruk dan ini disimbolisasikan dengan mengkonsumsi babi untuk membersihkan diri kita dari prilaku yang buruk. Nah, ngga hanya asal mengkonsumsi saja, keunikan adat Bali juga banyak menyimpan makna-makna filosofis dalam kehidupan sehari-hari. 


Sambal Matah

Berlibur ke Bali memang belum afdol tanpa mencicipi kuliner khas Bali. Mulai dari Sate Lilit, Lawar, Babi Guling, hingga Sambal Matah yang terkenal dan memiliki daya tariknya tersendiri dan menjadi favorit para penikmat Pulau Dewata ini. Setiap memesan menu makanan Bali, sambal matah ini tidak pernah ketinggalan untuk disajikan. Sambal Matah memang cukup unik karena penyajiannya yang dalam keadaan semi- mentah, bahkan ada juga yang mentah sepenuhnya. 

Photo by Pinterest

Bebek Betutu

Satu lagi panganan khas Bali yang harus dicoba yaitu Bebek Betutu. Yang khas dari Bebek Betutu ini ialah proses pembuatannya. Terbuat dari bebek yang dibungkus daun pisang, lalu dibungkus lagi dengan pelepah pinang sehingga tertutup rapat. Kemudian, bebek tersebut ditanam dalam lubang di tanah dan ditutup bara api selama 6-7 jam sampai bebek tersebut benar-benar matang.


Galungan

Galungan, hari Raya besar Umat Hindu dan masyarakat Bali, namun sehari sebelum Hari Raya, umat Hindu menyiapkan perayaan Galungan dengan memotong hewan seperti ayam dan babi untuk pesta perayaan Galungan. Memang terdengar sangat awam, tapi hal itulah yang jauh lebih mentradisi dengan arti sesungguhnya dari Penampahan Galungan. Tidak hanya itu, Penampahan Galungan dalam wujud ritual dirayakan dengan upacara Natab Sesayu Penampahan atau disebut juga dengan Sesayut Pamyak Kala Laramenelaradan, prosesi ritual untuk mengingatkan umat agar bisa membangun kekuatan diri untuk bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Dan makna penyembelihan ayam dan babi itu sesungguhnya untuk menyembelih sifat-sifat serakah, suka bertengkar seperti sifat buruk ayam dan sifat-sifat malas dan pengotor seperti babi.
Selama perayaan Galungan,semakin kecil pengumbaran hawa nafsu karena hal tersebut menunjukkan angka-angka negative dan harus lebih menonjolkan angka-angka atau nilai positif. Itulah makna dari merayakan Hari Raya Galungan, untuk membersihkan diri dari hal-hal kotor dan negatif. 



Author : Audithya Arabella

Editor : Denny Novel

Comments
Use a Facebook account to add a comment, subject to Facebook's Terms of Service and Privacy Policy. Your Facebook name, photo & other personal information you make public on Facebook will appear with your comment, and may be used on Starvision's media platforms. Learn more.