TAS RAMAH LINGKUNGAN ALA THREADAPEUTIC

08 May 2017   Ku Ka   Ku Ka Sosial   Dibaca : 3038 kali.
Tas Ramah Lingkungan ala Threadapeutic

Di sebuah ruang kecil, seorang wanita menata kain perca diatas selembar kain polos. “Kain disusun berdasarkan ukuran dan warna yang senada, setelah ditata baru kami jahit. Warnanya bisa sama, bisa tidak yang penting senada dan sesuai pola,” jelas seorang wanita sambil menata kain-kain tersebut.
 
Namun sebelum kain akhirnya disatukan, kain-kain perca tersebut dicuci dan disetrika terlebih dahulu. Untuk menjadi tas dan clutch, kain-kain perca tersebut masih harus melalui jalan panjang. Namun bagi Hana Surya, perjalanan tersebut setimpal dengan hasilnya. Tas-tas cantik dengan teknik slash quilt atau fabric manipulation ini banyak diminati masyarakat berkat tangan dinginnya. 


Kain perca menjadi bernilai


Meski berasal dari kain perca, ia memastikan bahwa tas-tas tersebut dibuat dengan kualitas terbaik. Daur ulang bukan berarti asal membuat, tapi harus memastikan kualitas dan estetika, apalagi untuk produk yang menyasar kalangan pecinta fashion. Wanita yang akrab dipanggil Hana ini, ingin membuktikan bahwa barang fashion yang berkelanjutan bisa sejalan dengan nilai estetika yang tinggi.
 
Walaupun dibuat menggunakan kain perca hasil industri mode, namun tas ini memiliki keunikan dari cara desain dan pembuatannya. Beberapa tas dan clutch, didesain agar bisa memuat laptop atau tablet. Tas dilapisi dengan busa atau spanduk bekas sebagai lapisan tengah. Busa juga digunakan sebagai rangka pada beberapa jenis tas, misalnya tas prisma atau bacang yang berbentuk segitiga. Bagian luar atas akan dilapisi dengan kain perca yang menggunakan teknik slash quilt, dimana kain perca disetrika dan disusun sesuai dengan warna serat yang ditampilkan.
 
Nantinya kain akan dijahit, lalu digunting pada beberapa bagian tertentu. Bahan dicuci, kemudian disikat sehingga menghasilkan serat yang menjadi keunikan tas ini. Tak heran jika tas-tas cantik ini dibandrol mulai dari Rp 700 ribu hingga Rp 1 juta.
 
Ia mengaku sudah mulai memasarkan tasnya sejak tahun 2015 dalam acara Indonesia Fashion Week (IFW). Awalnya, wanita kelahiran 3 Maret 1964 ini ditugasi oleh Dina Midiani untuk membuat tas daur ulang yang dibagikan pada tamu dan media IFW. Tas-tas tersebut dibuat dari kain-kain perca bekas para desainer IFW. Selain diberikan, tas tersebut juga dijual pada pagelaran fashion tersebut. Hal ini sebagai bentuk kepedulian industri fashion terhadap sustainability.
 
Dina Midiani pernah menggunakan teknik yang sama untuk beberapa koleksi coat dan apparel-nya. Masyarakat sangat menyukai koleksi tersebut, sehingga menginspirasi Hana untuk melanjutkan pembuatan tas dan menjualnya lebih luas. Ia memilih nama Threadapeutic karena kecintaannya pada dunia jahit-menjahit. Kegiatan ini dapat memberikan terapi baginya saat bersusah hati. Namun untuk tas ini, ia ingin terlihat unik dan berbeda.
 
Oleh karena itu, ia juga memanfaatkan karung dan spanduk sebagai kombinasi pada tasnya. Bahan-bahan tersebut dipadukan dengan kain perca teknik slash quilt.  Setelah itu, kain disikat sehingga memunculkan serat halus. Mulanya teknik ini digunakan agar jahitan antar kain tidak terlihat, namun hal ini justru menjadi keunikan tas ini dan mampu menarik minat para pecinta fashion.


Peminat asing


Ibu tiga anak ini, mulai menjual produknya dari satu bazar ke bazar lain, baik di Jakarta maupun Singapura. Untuk di Indonesia, kebanyakan bazar yang didatangi merupakan bazar para ekspatriat. ”Untuk tas seperti ini memang orang asing lebih siap, karena sudah teredukasi mengenai produk fashion daur ulang yang memiliki nilai estetika. Biasanya kegiatan bazar akan kami posting di media sosial, kalau tas kami dibeli orang asing, orang lokal baru tertarik untuk membeli,” ceritanya sambil tersenyum.

Tak heran jika ia lebih sering mengikuti bazar di wilayah Jakarta Selatan. Selama dua tahun penjualannya terhitung cukup baik di wilayah tersebut. Berkat tingginya minat para pecinta fashion di Jakarta Selatan, ia akhirnya memasukan koleksi tasnya ke kafe Dia.Lo.Gue, Kemang. Lalu mendekati akhir 2016, Hana mulai menjual tas-tasnya lewat media toko online Kuka. Sebelumnya ia hanya memposting tas-tas tersebut di media sosial Instagram.

Animo orang pun semakin meningkat untuk membeli tas prisma, clutch, cross body, sling bag, clutches, tote bag, dari Threadapeutic. Meski begitu dalam sebulan Hana hanya mampu memproduksi 50 tas karena terbatasnya para pekerja. Dibalik brand tersebut hanya ada 6 orang pegawai termasuk dirinya, meski begitu ia tak ingin buru-buru meningkatkan produksi untuk menjaga mutu.

Pemberdayaan manusia dan sustainability

Ia ingin agar para pegawainya berfokus pada pemahaman selera konsumen serta jeli dalam tren. Salah satu caranya dengan mengajak mereka saat bazaar. Para pegawainya bisa melihat secara langsung fashion style dan selera konsumen. Hal ini bisa mempengaruhi mereka dalam membuat desain tas yang unik, namun nyaman digunakan. Biasanya setiap pegawai yang ikut akan digilir sehingga bisa sama rata. Hal ini tergolong mudah mengingat hampir seluruh karyawannya adalah wanita. Jadi, pemahaman style lebih mudah.
 
Saat ditanya apakah ia memiliki misi khusus untuk memberdayakan wanita, ia hanya tertawa. Menurutnya perekrutan karyawan terjadi secara natural dari teman ke teman, namun kebanyakan yang mendaftar adalah para wanita. Bahkan salah satu diantaranya adalah seorang tuna netra. Menurutnya, pegawai tuna netra memiliki keunggulan dalam konsentrasi dan tidak mudah terganggu.
 
Hal ini menginspirasinya untuk bekerjasama dengan Sampaguita dalam menyediakan tenaga kerja tuna netra. Rencananya mereka akan dilatih mulai dari hal-hal kecil, misalnya menyambung kain sampai menata untuk slash quilt. Dengan rencana ini, ia berharap untuk bisa mengembangkan bisnisnya sekaligus tetap setia pada sustainability dan aspek sosial. Tidak hanya tas, tetapi juga price tag, dust bag dan shopping bag-nya juga berasal dari bahan daur ulang.
 
Untuk price tag, ia sengaja menggunakan kalender bekas. Sementara dust dan shopping bag berasal dari kain perca dan spanduk. “Price tag juga nanti akan dibuang lagi, jadi buat apa menggunakan kertas baru?” ujarnya. Meski idenya sederhana, namun Hana mengaku bahwa hal tersebut sedikit sulit dijalankan.
 
Lebih mudah untuk membeli kertas baru dibandingkan menggunakan kertas bekas. Menurut Hana, daur ulang seharusnya tidak hanya pada produk saja tetapi secara keseluruhan produksi. Namun, ia juga memahami bahwa perputaran tersebut seringkali tidak disadari oleh para pecinta fashion. Oleh karena itu, ia sengaja menyelipkan kertas informasi di setiap tas produksinya. Tujuannya agar para pecinta fashion mengetahui asal tas yang mereka beli. 

Kerjasama dengan (X)S.M.L

Kedepannya Hana berharap semakin banyak pecinta fashion yang teredukasi mengenai produk fashion daur ulang. Selama ini edukasi dilakukan melalui workshop dan Instagram. Ia yakin dengan semakin teredukasinya para penikmat fashion, maka penjualan produknya juga akan semakin meningkat.
 
Untuk itu, ia berencana untuk memasukan beberapa tas Threadapeutic ke store (X).S.M.L. “Kemarin kami kerjasama dengan brand (X).S.M.L, mereka memberikan kain percanya untuk kami buatkan tas. Nantinya tas-tas tersebut akan masuk ke store mereka, jadi penikmat fashion bisa memakai baju dan tas dengan warna yang sama.” Ungkap Hana.
 
Hana melanjutkan, ”Rencananya tas-tas tersebut akan masuk ke store (X).S.M.L di Plaza Indonesia dan Plaza Senayan pada pertengahan tahun 2017. Sementara itu pada tahun yang sama, ia juga memutuskan untuk lebih selektif dalam mengikuti bazaar. Selain karena produknya sudah mulai masuk ke toko dan kafe, ia juga mulai fokus pada penjualan online. “Tahun ini kami berencana untuk ikut Concious Festival by Green Is The New Black Singapore tanggal 12 dan 13 Mei,” pungkasnya.


 
Sumber: xsmlfashion.com/blog 

Comments
Use a Facebook account to add a comment, subject to Facebook's Terms of Service and Privacy Policy. Your Facebook name, photo & other personal information you make public on Facebook will appear with your comment, and may be used on Starvision's media platforms. Learn more.