Bisnis Lokal 02 Desember 2020, 08:26
Indonesia Peringkat 2 Bank Berkelanjutan di ASEAN
Penulis : Ku Ka
Editor : Ku Ka
Petunjuk hubungi admin
Untuk dapat mengubungi admin kuka.co.id anda akan di bawa menuju halaman pusat bantuan di halaman tersebut bagian kanan bawah anda akan melihat gambar di bawah ini :
Untuk menuju pusat bantuan klik tombol "Ya, ke pusat bantuan" dan Jika anda ingin tetap berada di halaman ini klik tombol "Tidak, tetap disini"
Bisnis Lokal 02 Desember 2020, 08:26
Indonesia Peringkat 2 Bank Berkelanjutan di ASEAN
Penulis : Ku Ka
Editor : Ku Ka
Indonesia berhasil menempati posisi ke-2 lingkungan, sosial, dan tata kelola (LST) pada 38 bank di ASEAN, dalam laporan WWF Sustainable Banking Assessment (SUSBA) edisi ke-4 tentang Kinerja Perbankan Berkelanjutan/Sustainable Banking (SUSBA) Tahun 2020.
Penilaian mencakup 5 bank Jepang, 5 bank Korea Selatan bersama dengan 38 bank di ASEAN termasuk Indonesia. Bank-bank di Indonesia yang dinilai berdasarkan SUSBA yakni Bank Central Asia Tbk (BCA), Bank Mandiri (Persero) Tbk (Mandiri). Lalu, Bank Muamalat Indonesia Tbk (Muamalat), Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), Bank Panin Tbk (Panin), Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (Bank BJB), Bank Permata Tbk (Permata), dan Bank Rakyat Indonesia.
Penanggung jawab untuk program keuangan berkelanjutan Yayasan WWF Indonesia Rizkiasari Yudawinata, mengatakan penilaian SUSBA ini menggunakan kerangka kerja yang mencakup 6 pilar integrasi LST (Tujuan, Kebijakan, Proses, Orang, Produk, dan Portofolio), dan juga fitur baru berupa analisa sektoral dan isu terkait secara lebih mendalam mengenai kebijakan pembiayaan sektoral.
“Sejak 2019 penerapan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) 51 tentang Keuangan Berkelanjutan yang berlaku bagi bank kategori BUKU 3 dan 4 telah mendorong peningkatan pengungkapan integrasi LST secara lebih merata di sektor perbankan Indonesia, sehingga berhasil menempati posisi ke-2 di lingkup ASEAN,” kata Rizkiasari dalam keterangan yang diterima Liputan6.com, Selasa (1/12/2020).
Lanjutnya, pada tahun ini cakupan penilaian SUSBA diperluas, dengan ditambahnya bank Jepang dan Korsel. Bank-bank di kedua negara tersebut memainkan peranan penting terhadap kegiatan bisnis di Asia Tenggara. Dibutuhkan keselarasan dan kesetaraan norma dalam penerapan keuangan berkelanjutan di tataran Asia, mengingat ketergantungan dalam hal ekonomi di antara negara-negara di wilayah tersebut. Keselarasan ini penting untuk memberikan kontribusi yang signifikan untuk menghadapi tantangan pembangunan berkelanjutan, dan membangun daya lenting industri keuangan terhadap risiko perubahan iklim dan degradasi lingkungan. “SUSBA diharapkan dapat membantu perbankan di wilayah dimaksud untuk meningkatkan kesetaraan penerapan keuangan berkelanjutan,” ujarnya.
Sementara, bank Jepang dinilai lebih baik dari sisi kriteria terkait pengelolaan risiko dan peluang terkait perubahan iklim. Seluruh bank yang dinilai secara eksplisit telah sejalan dengan rekomendasi Task Force on Climate-related Financial Disclosures (TCFD) sebuah gugus tugas keuangan berkelanjutan yang dibentuk oleh Financial Stability Board (FSB). Jepang juga unggul dalam hal pilar Produk, di mana setiap bank mencapai setidaknya 75 persen dari kriteria pilar ini. “Mereka tidak hanya menawarkan produk keuangan, akan tetapi mempunyai target untuk meningkatkan pembiayaan bahkan secara aktif mendorong kinerja nasabahnya dengan jasa konsultasi maupun kegiatan sosialisasi,” jelasnya.
Sedangkan bank di Korsel unggul dalam pengungkapan visi dan strategi jangka panjang mereka, pada tataran yang sama dengan perbankan di ASEAN. Namun secara umum, pengungkapannya masih lemah pada pilar Kebijakan dan Proses dalam hal pengelolaan risiko LST pada kegiatan pembiayaan. “KB Koomin Bank merupakan satu-satunya bank Korsel yang telah memiliki kebijakan untuk tidak lagi memberikan pembiayaan baru untuk proyek konstruksi pembangkit listrik berbasis batubara,” katanya.
Kendati begitu banyak bank yang telah mengalami perkembangan di tahun ini. Menjaga konsistensi di tahun 2021 merupakan tantangan tersendiri namun penting, mengingat saat ini dunia sedang diguncang oleh pandemi Covid-19 yang datang secara tiba-tiba. “Berdasarkan Global Risk Report 2020, kegagalan aksi iklim dan bencana alam merupakan risiko yang tingkat probabilitas terjadinya tergolong tinggi. Terlebih Indonesia merupakan negara yang rentan terhadap risiko perubahan iklim,” jelasnya. Oleh karena itu, bank perlu menyadari bahwa momen ini perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk menyiapkan strategi bisnis yang berdaya lenting tinggi terhadap tantangan dimaksud.
“Pandemi ini perlu diambil sebagai pelajaran berharga untuk mengoreksi pendekatan kita mengantisipasi terjadinya krisis iklim yang telah lebih awal diprediksi tersebut,” pungkasnya.
Baca Artikel Lain
62 Pride 15 Januari 2021, 14:02
Lukisan Gua Tertua di Dunia Ada di Indonesia
Penulis : Ku Ka
Editor : Ku Ka
Halo Lokalovers! Tahukah kamu jika ada lukisan sejumlah binatang yang diyakini sebagai yang tertua di dunia berhasil diidentifikasi dalam sebuah gua di pulau Kalimantan, Indonesia. Para ilmuwan Read more...
62 Pride 14 Januari 2021, 11:29
Menlu Retno Marsudi Jadi Ketua Kerja Sama Vaksin COVID-19 COVAX
Penulis : Ku Ka
Editor : Ku Ka
Setelah Indonesia resmi menjalankan vaksinasi hari ini, kabar gembira datang dari Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi. Retno Marsudi dikabarkan terpilih sebagai salah satu pemimpin program vaksin Read more...
Kabar Terkini 13 Januari 2021, 11:58
Presiden Jokowi Resmi Divaksin Covid-19
Penulis : Ku Ka
Editor : Ku Ka
Presiden Joko Widodo divaksin pertama kali untuk meyakinkan masyarakat atas keamanan dan kehalalan vaksin COVID-19. Dalam proses vaksinasi yang disiarkan langsung melalui akun YouTube Sekretariat Read more...
Local Heroes 11 Januari 2021, 11:27
Kapal Bantu Rumah Sakit KRI Dokter Wahidin Siap Berlayar Melayani Pasi...
Penulis : Ku Ka
Editor : Ku Ka
Satu dari dua kapal bantu rumah sakit pesanan TNI-AL yang diproduksi PT PAL Indonesia telah selesai. Kapal ini setara dengan rumah sakit tipe C. Pada Kamis 7 Januari 2021, dari dok galangan di Read more...
Kabar Terkini 07 Januari 2021, 09:34
Pemerintah menerapkan PSBB Jawa-Bali mulai 11-25 Januari 2021
Penulis : Ku Ka
Editor : Ku Ka
Pemerintah membatasi kegiatan masyarakat dengan merujuk pada aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk menekan penularan virus corona (Covid-19) di seluruh provinsi di Pulau Jawa dan Read more...
Bisnis Lokal 02 Desember 2020, 08:26
Indonesia Peringkat 2 Bank Berkelanjutan di ASEAN
Penulis : Ku Ka
Editor : Ku Ka
Indonesia berhasil menempati posisi ke-2 lingkungan, sosial, dan tata kelola (LST) pada 38 bank di ASEAN, dalam laporan WWF Sustainable Banking Assessment (SUSBA) edisi ke-4 tentang Kinerja Perbankan Berkelanjutan/Sustainable Banking (SUSBA) Tahun 2020.
Penilaian mencakup 5 bank Jepang, 5 bank Korea Selatan bersama dengan 38 bank di ASEAN termasuk Indonesia. Bank-bank di Indonesia yang dinilai berdasarkan SUSBA yakni Bank Central Asia Tbk (BCA), Bank Mandiri (Persero) Tbk (Mandiri). Lalu, Bank Muamalat Indonesia Tbk (Muamalat), Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), Bank Panin Tbk (Panin), Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (Bank BJB), Bank Permata Tbk (Permata), dan Bank Rakyat Indonesia.
Penanggung jawab untuk program keuangan berkelanjutan Yayasan WWF Indonesia Rizkiasari Yudawinata, mengatakan penilaian SUSBA ini menggunakan kerangka kerja yang mencakup 6 pilar integrasi LST (Tujuan, Kebijakan, Proses, Orang, Produk, dan Portofolio), dan juga fitur baru berupa analisa sektoral dan isu terkait secara lebih mendalam mengenai kebijakan pembiayaan sektoral.
“Sejak 2019 penerapan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) 51 tentang Keuangan Berkelanjutan yang berlaku bagi bank kategori BUKU 3 dan 4 telah mendorong peningkatan pengungkapan integrasi LST secara lebih merata di sektor perbankan Indonesia, sehingga berhasil menempati posisi ke-2 di lingkup ASEAN,” kata Rizkiasari dalam keterangan yang diterima Liputan6.com, Selasa (1/12/2020).
Lanjutnya, pada tahun ini cakupan penilaian SUSBA diperluas, dengan ditambahnya bank Jepang dan Korsel. Bank-bank di kedua negara tersebut memainkan peranan penting terhadap kegiatan bisnis di Asia Tenggara. Dibutuhkan keselarasan dan kesetaraan norma dalam penerapan keuangan berkelanjutan di tataran Asia, mengingat ketergantungan dalam hal ekonomi di antara negara-negara di wilayah tersebut. Keselarasan ini penting untuk memberikan kontribusi yang signifikan untuk menghadapi tantangan pembangunan berkelanjutan, dan membangun daya lenting industri keuangan terhadap risiko perubahan iklim dan degradasi lingkungan. “SUSBA diharapkan dapat membantu perbankan di wilayah dimaksud untuk meningkatkan kesetaraan penerapan keuangan berkelanjutan,” ujarnya.
Sementara, bank Jepang dinilai lebih baik dari sisi kriteria terkait pengelolaan risiko dan peluang terkait perubahan iklim. Seluruh bank yang dinilai secara eksplisit telah sejalan dengan rekomendasi Task Force on Climate-related Financial Disclosures (TCFD) sebuah gugus tugas keuangan berkelanjutan yang dibentuk oleh Financial Stability Board (FSB). Jepang juga unggul dalam hal pilar Produk, di mana setiap bank mencapai setidaknya 75 persen dari kriteria pilar ini. “Mereka tidak hanya menawarkan produk keuangan, akan tetapi mempunyai target untuk meningkatkan pembiayaan bahkan secara aktif mendorong kinerja nasabahnya dengan jasa konsultasi maupun kegiatan sosialisasi,” jelasnya.
Sedangkan bank di Korsel unggul dalam pengungkapan visi dan strategi jangka panjang mereka, pada tataran yang sama dengan perbankan di ASEAN. Namun secara umum, pengungkapannya masih lemah pada pilar Kebijakan dan Proses dalam hal pengelolaan risiko LST pada kegiatan pembiayaan. “KB Koomin Bank merupakan satu-satunya bank Korsel yang telah memiliki kebijakan untuk tidak lagi memberikan pembiayaan baru untuk proyek konstruksi pembangkit listrik berbasis batubara,” katanya.
Kendati begitu banyak bank yang telah mengalami perkembangan di tahun ini. Menjaga konsistensi di tahun 2021 merupakan tantangan tersendiri namun penting, mengingat saat ini dunia sedang diguncang oleh pandemi Covid-19 yang datang secara tiba-tiba. “Berdasarkan Global Risk Report 2020, kegagalan aksi iklim dan bencana alam merupakan risiko yang tingkat probabilitas terjadinya tergolong tinggi. Terlebih Indonesia merupakan negara yang rentan terhadap risiko perubahan iklim,” jelasnya. Oleh karena itu, bank perlu menyadari bahwa momen ini perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk menyiapkan strategi bisnis yang berdaya lenting tinggi terhadap tantangan dimaksud.
“Pandemi ini perlu diambil sebagai pelajaran berharga untuk mengoreksi pendekatan kita mengantisipasi terjadinya krisis iklim yang telah lebih awal diprediksi tersebut,” pungkasnya.
Baca Artikel Lain
62 Pride 14 Januari 2021
Menlu Retno Marsudi Jadi Ketua Kerja Sama Vaksin COVID-19 COVAX
Penulis: Ku Ka
Editor : Ku Ka
Local Heroes 11 Januari 2021
Kapal Bantu Rumah Sakit KRI Dokter Wahidin Siap Berlayar Melayani Pasi...
Penulis: Ku Ka
Editor : Ku Ka
Kabar Terkini 07 Januari 2021
Pemerintah menerapkan PSBB Jawa-Bali mulai 11-25 Januari 2021
Penulis: Ku Ka
Editor : Ku Ka
Artikel Terbaru