62 Pride  04 Desember 2020, 14:56

Noken Papua Jadi Google Doodle

Penulis : Ku Ka
Editor    : Ku Ka

Noken Papua Jadi Google Doodle

Hi Lokalovers! Tahukah kamu, Google Doodle hari ini menampilkan Noken Papua. Nampak dalam Google Doodle, ada 2 orang Papua yang sedang menggunakan noken di kepala dan menghadap gunung. Pada keterangannya, Google menuliskan 'Merayakan Warisan Budaya Noken Papua".

 

"Doodle hari ini, ilustrasi oleh seniman dari Depok, Danu Fitra, merayakan Noken, tas hasil kerajinan tangan tradisional, yang merupakan penanda penting budaya dan sosial-ekonomi di Papua dan Papua Barat, Indonesia," tulis Google tentang Doodle ini, Jumat (4/12/2020). Danu Fitra, dalam wawancara bersama Google mengatakan ilustrasi Noken bermula dari ketertarikannya untuk mengunjungi Papua. "Saya tahu Noken memiliki banyak filosofi, salah satunya adalah simbol kehidupan yang baik dan kemakmuran karena Noken dibuat dari bahan-bahan yang berasal dari hutan, kemudian digunakan untuk membawa hasil panen dari hutan," kata Danu.


Noken adalah tas tradisional masyarakat Papua yang dibawa dengan menggunakan kepala bikinan mama-mama Papua yang dibuat dari bahan alami (daun, kulit kayu, akar)  tidak menimbulkan efek samping, tidak mencemari alam dan lingkungan, serta memiliki filosofi, fungsi budaya, sosial, ekonomi bagi masyarakat Papua. Beberapa Noken menggunakan jenis anyaman berongga sehingga benda yg di isi di dalam Noken akan mudah terlihat oleh orang lain, hal ini menggambarkan kehidupan masyarakat Papua yang hidup harmonis bersama Alam, suka akan Keterbukaan dan kejujuran.

 

Sama dengan tas pada umumnya tas ini digunakan untuk membawa barang-barang kebutuhan sehari-hari. Masyarakat Papua biasanya menggunakannya untuk membawa hasil-hasil pertanian seperti sayuran, umbi-umbian dan juga untuk membawa barang-barang dagangan ke pasar

 

 

Karena keunikannya yang dibawa dengan kepala, noken ini didaftarkan ke UNESCO sebagai salah satu hasil karya tradisional dan warisan kebudayaan dunia. 
 

Pada 4 Desember 2012, noken telah diputuskan dan ditetapkan sebagai warisan budaya dunia tak berbenda oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) di Paris, yang digagas oleh Putra Asli Papua Titus Chris Pekey, yang merupakan Ketua Lembaga Ekologi Papua melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Dengan adanya pengakuan UNESCO (Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB), maka masyarakat Papua harus mengembangkan dan melestarikan Noken sebagai warisan budaya dunia dan kearifan lokal Papua. Sebab pengakuan UNESCO ini bukanlah tujuan terakhir, melainkan upaya untuk bersama-sama menggali, melindungi dan mengembangkan warisan budaya noken-lah yang sangat penting untuk dilakukan dari generasi ke generasi.

 

Tas tradisional Noken memiliki simbol kehidupan yang baik, perdamaian, dan kesuburan bagi masyarakat di tanah Papua terutama kebanyakan di daerah Pegunungan Tengah Papua seperti suku Mee/Ekari, Damal, Suku Yali, Dani, Suku Lani dan Bauzi. Hasil kerajinan Noken Asli Papua bersifat terbatas, tidak diproduksi massal, hanya sekali produksi dan dibuat oleh tangan yang terampil dari mama - mama pengrajin Papua.

 

Yang menarik dari noken ini adalah hanya orang Papua saja yang boleh membuat noken. Para wanita di Papua sejak kecil sudah harus belajar untuk membuat noken, karena membuat noken dari dulu hingga saat ini dapat melambangkan kedewasaan si perempuan itu. Karena jika perempuan papua belum bisa membuat Noken dia tidak dianggap dewasa dan itu merupakan syarat untuk menikah. Noken dibuat karena suku-suku di Papua membutuhkan wadah yang dapat memindahkan barang ke tempat yang lain. Noken juga terbuat dari bahan baku kayu pohon Manduam, pohon nawa atau anggrek hutan dan masih banyak lagi jenis pohon yang umum digunakan.

 

Masyarakat Papua biasanya menggunakan Noken untuk bermacam kegiatan, Noken yang berukuran besar (disebut Yatoo) dipakai untuk membawa barang seperti kayu bakar, tanaman hasil panen, barang-barang belanjaan, atau bahkan digunakan untuk menggendong anak. yang berukuran sedang (disebut Gapagoo) digunakan untuk membawa barang-barang belanjaan dalam jumlah sedang, dan yang berukuran kecil (disebut mitutee) digunakan untuk membawa barang-barang pribadi. Keunikan Noken juga difungsikan sebagai hadiah kenang-kenangan untuk tamu yang biasanya baru pertama kali menginjakkan kaki di bumi Papua dan dipakai dalam upacara.

 

Membuat Noken cukup rumit karena menggunakan cara manual dan tidak menggunakan mesin. Kayu tersebut diolah, dikeringkan, dipilah-pilah serat-seratnya dan kemudian dipintal secara manual menjadi tali/benang. Variasi warna pada noken dibuat dari pewarna alami. Proses pembuatannya bisa mencapai 1-2 minggu, untuk noken dengan ukuran besar, bisa mencapai 3 minggu bahkan sampai 2-3 bulan, tergantung prosesnya. Di daerah Sauwadarek, Papua, masih bisa kita temukan pembuatan noken secara langsung. Satu noken dihargai mulai dari Rp 100.000 – Rp 350.000 saja tergantung ukuran yang ingin dibeli.

 

Yuk, mari kita lestarikan noken sebagai warisan budaya dunia dan kearifan budaya lokal karena budaya adalah jati diri bangsa.

Baca Artikel Lain

Masyarakat Umum Sudah Bisa Booster Kedua
Libur Nasional dan Cuti Bersama Tahun 2023
Timnas Indonesia U-20 Lolos Ke Piala Asia U-20
BLACKPINK Kenakan Busana Rancangan Desainer Indonesia
Film Ngeri-ngeri Sedap Terpilih Mewakili Indonesia di Piala Oscar 2023

62 Pride  04 Desember 2020, 14:56

Noken Papua Jadi Google Doodle

Penulis : Ku Ka
Editor    : Ku Ka

Noken Papua Jadi Google Doodle

Hi Lokalovers! Tahukah kamu, Google Doodle hari ini menampilkan Noken Papua. Nampak dalam Google Doodle, ada 2 orang Papua yang sedang menggunakan noken di kepala dan menghadap gunung. Pada keterangannya, Google menuliskan 'Merayakan Warisan Budaya Noken Papua".

 

"Doodle hari ini, ilustrasi oleh seniman dari Depok, Danu Fitra, merayakan Noken, tas hasil kerajinan tangan tradisional, yang merupakan penanda penting budaya dan sosial-ekonomi di Papua dan Papua Barat, Indonesia," tulis Google tentang Doodle ini, Jumat (4/12/2020). Danu Fitra, dalam wawancara bersama Google mengatakan ilustrasi Noken bermula dari ketertarikannya untuk mengunjungi Papua. "Saya tahu Noken memiliki banyak filosofi, salah satunya adalah simbol kehidupan yang baik dan kemakmuran karena Noken dibuat dari bahan-bahan yang berasal dari hutan, kemudian digunakan untuk membawa hasil panen dari hutan," kata Danu.


Noken adalah tas tradisional masyarakat Papua yang dibawa dengan menggunakan kepala bikinan mama-mama Papua yang dibuat dari bahan alami (daun, kulit kayu, akar)  tidak menimbulkan efek samping, tidak mencemari alam dan lingkungan, serta memiliki filosofi, fungsi budaya, sosial, ekonomi bagi masyarakat Papua. Beberapa Noken menggunakan jenis anyaman berongga sehingga benda yg di isi di dalam Noken akan mudah terlihat oleh orang lain, hal ini menggambarkan kehidupan masyarakat Papua yang hidup harmonis bersama Alam, suka akan Keterbukaan dan kejujuran.

 

Sama dengan tas pada umumnya tas ini digunakan untuk membawa barang-barang kebutuhan sehari-hari. Masyarakat Papua biasanya menggunakannya untuk membawa hasil-hasil pertanian seperti sayuran, umbi-umbian dan juga untuk membawa barang-barang dagangan ke pasar

 

 

Karena keunikannya yang dibawa dengan kepala, noken ini didaftarkan ke UNESCO sebagai salah satu hasil karya tradisional dan warisan kebudayaan dunia. 
 

Pada 4 Desember 2012, noken telah diputuskan dan ditetapkan sebagai warisan budaya dunia tak berbenda oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) di Paris, yang digagas oleh Putra Asli Papua Titus Chris Pekey, yang merupakan Ketua Lembaga Ekologi Papua melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Dengan adanya pengakuan UNESCO (Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB), maka masyarakat Papua harus mengembangkan dan melestarikan Noken sebagai warisan budaya dunia dan kearifan lokal Papua. Sebab pengakuan UNESCO ini bukanlah tujuan terakhir, melainkan upaya untuk bersama-sama menggali, melindungi dan mengembangkan warisan budaya noken-lah yang sangat penting untuk dilakukan dari generasi ke generasi.

 

Tas tradisional Noken memiliki simbol kehidupan yang baik, perdamaian, dan kesuburan bagi masyarakat di tanah Papua terutama kebanyakan di daerah Pegunungan Tengah Papua seperti suku Mee/Ekari, Damal, Suku Yali, Dani, Suku Lani dan Bauzi. Hasil kerajinan Noken Asli Papua bersifat terbatas, tidak diproduksi massal, hanya sekali produksi dan dibuat oleh tangan yang terampil dari mama - mama pengrajin Papua.

 

Yang menarik dari noken ini adalah hanya orang Papua saja yang boleh membuat noken. Para wanita di Papua sejak kecil sudah harus belajar untuk membuat noken, karena membuat noken dari dulu hingga saat ini dapat melambangkan kedewasaan si perempuan itu. Karena jika perempuan papua belum bisa membuat Noken dia tidak dianggap dewasa dan itu merupakan syarat untuk menikah. Noken dibuat karena suku-suku di Papua membutuhkan wadah yang dapat memindahkan barang ke tempat yang lain. Noken juga terbuat dari bahan baku kayu pohon Manduam, pohon nawa atau anggrek hutan dan masih banyak lagi jenis pohon yang umum digunakan.

 

Masyarakat Papua biasanya menggunakan Noken untuk bermacam kegiatan, Noken yang berukuran besar (disebut Yatoo) dipakai untuk membawa barang seperti kayu bakar, tanaman hasil panen, barang-barang belanjaan, atau bahkan digunakan untuk menggendong anak. yang berukuran sedang (disebut Gapagoo) digunakan untuk membawa barang-barang belanjaan dalam jumlah sedang, dan yang berukuran kecil (disebut mitutee) digunakan untuk membawa barang-barang pribadi. Keunikan Noken juga difungsikan sebagai hadiah kenang-kenangan untuk tamu yang biasanya baru pertama kali menginjakkan kaki di bumi Papua dan dipakai dalam upacara.

 

Membuat Noken cukup rumit karena menggunakan cara manual dan tidak menggunakan mesin. Kayu tersebut diolah, dikeringkan, dipilah-pilah serat-seratnya dan kemudian dipintal secara manual menjadi tali/benang. Variasi warna pada noken dibuat dari pewarna alami. Proses pembuatannya bisa mencapai 1-2 minggu, untuk noken dengan ukuran besar, bisa mencapai 3 minggu bahkan sampai 2-3 bulan, tergantung prosesnya. Di daerah Sauwadarek, Papua, masih bisa kita temukan pembuatan noken secara langsung. Satu noken dihargai mulai dari Rp 100.000 – Rp 350.000 saja tergantung ukuran yang ingin dibeli.

 

Yuk, mari kita lestarikan noken sebagai warisan budaya dunia dan kearifan budaya lokal karena budaya adalah jati diri bangsa.

Baca Artikel Lain

Kabar Terkini  25 Januari 2023

Masyarakat Umum Sudah Bisa Booster Kedua

Penulis: Ku Ka
Editor   : Ku Ka


Kabar Terkini  13 Oktober 2022

Libur Nasional dan Cuti Bersama Tahun 2023

Penulis: Ku Ka
Editor   : Ku Ka


Kabar Terkini  20 September 2022

Timnas Indonesia U-20 Lolos Ke Piala Asia U-20

Penulis: Ku Ka
Editor   : Ku Ka


62 Pride  20 September 2022

BLACKPINK Kenakan Busana Rancangan Desainer Indonesia

Penulis: Ku Ka
Editor   : Ku Ka



Artikel Terbaru

Kabar Terkini  25 Januari 2023

Masyarakat Umum Sudah Bisa Booster Kedua

Penulis: Ku Ka
Editor   : Ku Ka

Kabar Terkini  13 Oktober 2022

Libur Nasional dan Cuti Bersama Tahun 2023

Penulis: Ku Ka
Editor   : Ku Ka

Kabar Terkini  20 September 2022

Timnas Indonesia U-20 Lolos Ke Piala Asia U-20

Penulis: Ku Ka
Editor   : Ku Ka

62 Pride  20 September 2022

BLACKPINK Kenakan Busana Rancangan Desainer Indonesia

Penulis: Ku Ka
Editor   : Ku Ka