62 Pride  08 April 2021, 12:33

Koleksi Wastra Indonesia di KU KA

Penulis : Ku Ka
Editor    : Ku Ka

Koleksi Wastra Indonesia di KU KA

Halo Lokavers! Indonesia memang memiliki keanekaragaman dan kekayaan budaya yang luar biasa. Dan, ternyata masih belum semuanya dikenal dengan baik oleh masyarakat Indonesia. Indonesia terkenal dengan keanekaragaman budaya dan keindahan alamnya, salah satunya kain nusantara. Setiap kota atau Adat memiliki ciri khas  tersendiri untuk kain nusantara. Memaknai sebuah karya wastra Indonesia tidak hanya berbicara tentang keindahan motif dan keragamannya namun filosofi yang melekat pada karya agung itu sendiri. Tidak hanya itu motif pada wastra Indonesia khususnya batik menyimpan pesan kearifan lokal suatu masyarakat tertentu.

Peta sebaran wastra nusantara yang kaya akan keberagaman (wowshack.com)
 


Berikut jenis-jenis kain nusantara yang umumnya dikenal masyarakat : 

 
Batik

Kain tradisional Indonesia yang satu ini sudah berkali-kali hampir di-klaim oleh negara tetangga kita. Padahal, jika kita telusuri, jelas-jelas akar kata batik adalah dari bahasa Jawa. Batik berasal dari kata “amba” yang dalam bahasa jawa artinya menulis dan “titik” yang artinya titik. Pada awalnya batik dibuat di atas kain mori lalu digambar dengan menggunakan lilin dengan canting. Motif atau corak batik bukan hanya sekedar indah, namun juga mengandung berbagai lambang dan makna masing-masing. Beberapa motif batik batik bahkan hanya digunakan oleh keluarga keraton. Batik tak melulu hanya batik jogja. Ada juga batik solo, Batik Pekalongan, Batik Cirebon, Batik Banyumas, Batik Bali, dan lainnya.

 

Tenun Ikat
Selain batik, tenun ikat bukan suatu produk asing bagi rakyat Indonesia. Salah satu seni tenun yang ada di Indonesia adalah Seni Tenun Ikat Ende dari Kabupaten Ende yang terdiri dari suku Ende dan Lio. Tiap suku Ende mempunyai keunikan masing-masing dalam hal corak dan motif. Bahkan, tiap kain yang ditenun juga unik, dan tidak ada satu pun yang sama. Motif atau pola yang ada merupakan manifestasi kehidupan sehari-hari masyarakat. Dan, memiliki ikatan emosional yang erat antara masyarakat dengan alam dan budayanya.

 

Tenun Ikat merupakan kain tradisional berupa kain yang di tenun dari helaian benang pakan yang sebelumnya diikat dan dicelupkan ke zat pewarna alami. Sebelum ditenun, hela-hela benang diikat dengan plastik atau tali sesuai dengan corak yang akan dibuat sehingga pada saat dicelup bagian benang yang diikat plastik atau tali tidak akan terwarnai. Alat tenun yang digunakan adalah alat tenun tanpa mesin. Beberapa daerah di Indonesia yang terkenal dengan kain tenun ikatnya adalah Toraja, Sintang, Jepara, Bali, Lombok, Sumbawa, Sumba, Flores, dan Timur. 
 

Lurik
Kain yang banyak ditemukan di Solo dan Yogyakarta ini sudah naik kelas, lho. Lurik yang dulunya dikenal sebagai jenis kain murah karena terbuat dari bahan katun biasa ini sekarang banyak banget dijadikan elemen tambahan pada kemeja, kebaya, blus, hingga dress. Motif garis klasik dalam nuansa warna solid membuat tampilan baju biasa lebih menarik. Dulunya, kain lurik identik alias merujuk ke pakaian yang dikenakan para abdi dalem dan prajurit keraton. Tapi, lurik juga dipakai dalam ritual-ritual (prosesi) yang amat lekat dengan budaya, seperti mitoni (tujuh bulan kehamilan), ruwatan, hingga siraman saat pernikahan. Motif yang dipakai pun beda-beda.

 

Istilah tenun lurik hanya ada di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Daerah lain tidak mengunakan istilah lurik, tapi kata lain, misalnya tenun ikat dan songket. Kata “lurik” berasal dari bahasa Jawa Kuno yang berarti lajur, garis, atau belang. Lurik dapat juga berarti corak. Kata lurik berasal dari kata “rik” yang artinga garis atau parit, yang dimaknai sebagai pagar atau pelindung bagi pemakainya. Menyoal ke warna-warna kain lurik, ternyata juga sarat makna. Misalnya warna lurik yang mendekati abu-abu melambangkan kasih sayang dan restu raja terhadap prajurit.

 

Songket
Songket adalah sebutan untuk kain tenun yang dibuat dengan teknik menambah benang pakan sebagai hiasan, yaitu dengan menyisipkan benang emas, perak, atau warna di atas benang lungsin. Songket merupakan kerajinan tradisional khas masyarakat di hampir seluruh penjuru Sumatra, mulai dari Sumatra Barat, Sumatra Selatan, Lampung, hingga Riau. Perajin songket kebanyakan kaum wanita. Dari segi sejarah, songket dulunya hanya dipakai oleh golongan bangsawan. Makin halus tenunan, makin rumit corak songketnya, dan makin berat songketnya (menandakan bahwa songket tersebut dibuat dari benang emas asli) berarti makin tinggi pangkat dan kedudukan orang yang mengenakannya. Sejarah dari mana datangnya kain songket sebetulnya tidak dapat dipastikan dengan tepat. Namun, asal-usul kata songket boleh dibilang berasal dari kata ‘menyungkit’ dalam bahasa Siam. 

 

Sasirangan
Sasirangan adalah kain adat suku Banjar di Kalimantan Selatan, yang dibuat dengan teknik tusuk jelujur kemudian diikat tali rafia dan selanjutnya dicelup. Arti kata sasirangan sendiri di ambil dari kata “sa” yang berarti “satu” dan “sirang” yang berarti “jelujur”. Sesuai dengan proses pembuatannya, Di jelujur, di simpul jelujurnya kemudian di celup untuk pewarnaannya.

 

Sasirangan menurut tetua adat Banjar dulunya dipakai untuk pengobatan orang sakit, dan juga di gunakan sebagai laung (ikat kepala adat Banjar), Kakamban (serudung), udat (kemben), babat (ikat pinggang), tapih bahalai (sarung untuk perempuan) dan lain sebagainya. Kain ini juga di pakai untuk upacara-upacar adat Banjar. Sekarang Sasirangan bukan lagi diperuntukkan hanya untuk spiritual, tapi sudah jadi pakaian kegiatan sehari-hari.

Bentenan

Jika di Jawa terkenal dengan batik dan Sumatera Selatan dengan Songketnya maka di Sulawesi Utara mempunyai kain tenun tradisional yang tak kalah cantik yaitu Kain Bentenan. Kain Bentenan dibuat di Tombulu, Tondano, Ratahan, Tombatu, dan wilayah lainnya di Minahasa namun begitu nama bentenan diambil dari nama wilayah pelabuhan utama di Sulawesi Utara yaitu Bentenan karena dari pelabuhan inilah pertama kali kain Bentenan di ekspor pada abad 15-17 ke luar Minahasa.

 

Keistimewaan dari kain Bentenan ini yaitu proses pembuatannya yang rumit dan memakan waktu yang lama, kain bentenan ditenun dengan teknik dobel ikat, benang yang membentuk lebar kain (pakan) disebut Sa’lange dan benang yang memanjang (lungsi) disebut Wasa’lene. Teknik double ikat seperti ini adalah teknik tenun ikat dengan tingkat kesulitan yang tinggi, sangat jarang teknik ini digunakan di daerah lain. 
 

Kain Bentenan sendiri memiliki tujuh motif yaitu Tinompak Kuda (tenun dengan aneka motif berulang), Tononton Mata (tenun dengan gambar manusia), Kalwu Patola (tenun dengan motif tenun Patola India) dan Kokera (tenun dengan motif bunga warna-warni bersulam manik-manik), Tonilama (tenun dari benang putih, tidak berwarna dan merupakan kain putih), Sinoi (tenun dengan benang warna warni dan berbentuk garis-garis), dan Pinatikan, tenun dengan garis-garis motif jala dan bentuk segi enam, merupakan yang pertama ditenun di Minahasa.

 

 

Itulah jenis-jenis kain tradisional khas Indonesia yang terkenal tidak hanya dalam negeri saja, tapi di luar negeri juga. Hal ini membuktikan bahwa kekayaan budaya Indonesia memang diakui oleh dunia internasional. Ku Ka juga punya rekomendasi produk kain buatan anak bangsa nih, cek di bawah ini ya!

Produk

Baca Artikel Lain

Masyarakat Umum Sudah Bisa Booster Kedua
Libur Nasional dan Cuti Bersama Tahun 2023
Timnas Indonesia U-20 Lolos Ke Piala Asia U-20
BLACKPINK Kenakan Busana Rancangan Desainer Indonesia
Film Ngeri-ngeri Sedap Terpilih Mewakili Indonesia di Piala Oscar 2023

62 Pride  08 April 2021, 12:33

Koleksi Wastra Indonesia di KU KA

Penulis : Ku Ka
Editor    : Ku Ka

Koleksi Wastra Indonesia di KU KA

Halo Lokavers! Indonesia memang memiliki keanekaragaman dan kekayaan budaya yang luar biasa. Dan, ternyata masih belum semuanya dikenal dengan baik oleh masyarakat Indonesia. Indonesia terkenal dengan keanekaragaman budaya dan keindahan alamnya, salah satunya kain nusantara. Setiap kota atau Adat memiliki ciri khas  tersendiri untuk kain nusantara. Memaknai sebuah karya wastra Indonesia tidak hanya berbicara tentang keindahan motif dan keragamannya namun filosofi yang melekat pada karya agung itu sendiri. Tidak hanya itu motif pada wastra Indonesia khususnya batik menyimpan pesan kearifan lokal suatu masyarakat tertentu.

Peta sebaran wastra nusantara yang kaya akan keberagaman (wowshack.com)
 


Berikut jenis-jenis kain nusantara yang umumnya dikenal masyarakat : 

 
Batik

Kain tradisional Indonesia yang satu ini sudah berkali-kali hampir di-klaim oleh negara tetangga kita. Padahal, jika kita telusuri, jelas-jelas akar kata batik adalah dari bahasa Jawa. Batik berasal dari kata “amba” yang dalam bahasa jawa artinya menulis dan “titik” yang artinya titik. Pada awalnya batik dibuat di atas kain mori lalu digambar dengan menggunakan lilin dengan canting. Motif atau corak batik bukan hanya sekedar indah, namun juga mengandung berbagai lambang dan makna masing-masing. Beberapa motif batik batik bahkan hanya digunakan oleh keluarga keraton. Batik tak melulu hanya batik jogja. Ada juga batik solo, Batik Pekalongan, Batik Cirebon, Batik Banyumas, Batik Bali, dan lainnya.

 

Tenun Ikat
Selain batik, tenun ikat bukan suatu produk asing bagi rakyat Indonesia. Salah satu seni tenun yang ada di Indonesia adalah Seni Tenun Ikat Ende dari Kabupaten Ende yang terdiri dari suku Ende dan Lio. Tiap suku Ende mempunyai keunikan masing-masing dalam hal corak dan motif. Bahkan, tiap kain yang ditenun juga unik, dan tidak ada satu pun yang sama. Motif atau pola yang ada merupakan manifestasi kehidupan sehari-hari masyarakat. Dan, memiliki ikatan emosional yang erat antara masyarakat dengan alam dan budayanya.

 

Tenun Ikat merupakan kain tradisional berupa kain yang di tenun dari helaian benang pakan yang sebelumnya diikat dan dicelupkan ke zat pewarna alami. Sebelum ditenun, hela-hela benang diikat dengan plastik atau tali sesuai dengan corak yang akan dibuat sehingga pada saat dicelup bagian benang yang diikat plastik atau tali tidak akan terwarnai. Alat tenun yang digunakan adalah alat tenun tanpa mesin. Beberapa daerah di Indonesia yang terkenal dengan kain tenun ikatnya adalah Toraja, Sintang, Jepara, Bali, Lombok, Sumbawa, Sumba, Flores, dan Timur. 
 

Lurik
Kain yang banyak ditemukan di Solo dan Yogyakarta ini sudah naik kelas, lho. Lurik yang dulunya dikenal sebagai jenis kain murah karena terbuat dari bahan katun biasa ini sekarang banyak banget dijadikan elemen tambahan pada kemeja, kebaya, blus, hingga dress. Motif garis klasik dalam nuansa warna solid membuat tampilan baju biasa lebih menarik. Dulunya, kain lurik identik alias merujuk ke pakaian yang dikenakan para abdi dalem dan prajurit keraton. Tapi, lurik juga dipakai dalam ritual-ritual (prosesi) yang amat lekat dengan budaya, seperti mitoni (tujuh bulan kehamilan), ruwatan, hingga siraman saat pernikahan. Motif yang dipakai pun beda-beda.

 

Istilah tenun lurik hanya ada di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Daerah lain tidak mengunakan istilah lurik, tapi kata lain, misalnya tenun ikat dan songket. Kata “lurik” berasal dari bahasa Jawa Kuno yang berarti lajur, garis, atau belang. Lurik dapat juga berarti corak. Kata lurik berasal dari kata “rik” yang artinga garis atau parit, yang dimaknai sebagai pagar atau pelindung bagi pemakainya. Menyoal ke warna-warna kain lurik, ternyata juga sarat makna. Misalnya warna lurik yang mendekati abu-abu melambangkan kasih sayang dan restu raja terhadap prajurit.

 

Songket
Songket adalah sebutan untuk kain tenun yang dibuat dengan teknik menambah benang pakan sebagai hiasan, yaitu dengan menyisipkan benang emas, perak, atau warna di atas benang lungsin. Songket merupakan kerajinan tradisional khas masyarakat di hampir seluruh penjuru Sumatra, mulai dari Sumatra Barat, Sumatra Selatan, Lampung, hingga Riau. Perajin songket kebanyakan kaum wanita. Dari segi sejarah, songket dulunya hanya dipakai oleh golongan bangsawan. Makin halus tenunan, makin rumit corak songketnya, dan makin berat songketnya (menandakan bahwa songket tersebut dibuat dari benang emas asli) berarti makin tinggi pangkat dan kedudukan orang yang mengenakannya. Sejarah dari mana datangnya kain songket sebetulnya tidak dapat dipastikan dengan tepat. Namun, asal-usul kata songket boleh dibilang berasal dari kata ‘menyungkit’ dalam bahasa Siam. 

 

Sasirangan
Sasirangan adalah kain adat suku Banjar di Kalimantan Selatan, yang dibuat dengan teknik tusuk jelujur kemudian diikat tali rafia dan selanjutnya dicelup. Arti kata sasirangan sendiri di ambil dari kata “sa” yang berarti “satu” dan “sirang” yang berarti “jelujur”. Sesuai dengan proses pembuatannya, Di jelujur, di simpul jelujurnya kemudian di celup untuk pewarnaannya.

 

Sasirangan menurut tetua adat Banjar dulunya dipakai untuk pengobatan orang sakit, dan juga di gunakan sebagai laung (ikat kepala adat Banjar), Kakamban (serudung), udat (kemben), babat (ikat pinggang), tapih bahalai (sarung untuk perempuan) dan lain sebagainya. Kain ini juga di pakai untuk upacara-upacar adat Banjar. Sekarang Sasirangan bukan lagi diperuntukkan hanya untuk spiritual, tapi sudah jadi pakaian kegiatan sehari-hari.

Bentenan

Jika di Jawa terkenal dengan batik dan Sumatera Selatan dengan Songketnya maka di Sulawesi Utara mempunyai kain tenun tradisional yang tak kalah cantik yaitu Kain Bentenan. Kain Bentenan dibuat di Tombulu, Tondano, Ratahan, Tombatu, dan wilayah lainnya di Minahasa namun begitu nama bentenan diambil dari nama wilayah pelabuhan utama di Sulawesi Utara yaitu Bentenan karena dari pelabuhan inilah pertama kali kain Bentenan di ekspor pada abad 15-17 ke luar Minahasa.

 

Keistimewaan dari kain Bentenan ini yaitu proses pembuatannya yang rumit dan memakan waktu yang lama, kain bentenan ditenun dengan teknik dobel ikat, benang yang membentuk lebar kain (pakan) disebut Sa’lange dan benang yang memanjang (lungsi) disebut Wasa’lene. Teknik double ikat seperti ini adalah teknik tenun ikat dengan tingkat kesulitan yang tinggi, sangat jarang teknik ini digunakan di daerah lain. 
 

Kain Bentenan sendiri memiliki tujuh motif yaitu Tinompak Kuda (tenun dengan aneka motif berulang), Tononton Mata (tenun dengan gambar manusia), Kalwu Patola (tenun dengan motif tenun Patola India) dan Kokera (tenun dengan motif bunga warna-warni bersulam manik-manik), Tonilama (tenun dari benang putih, tidak berwarna dan merupakan kain putih), Sinoi (tenun dengan benang warna warni dan berbentuk garis-garis), dan Pinatikan, tenun dengan garis-garis motif jala dan bentuk segi enam, merupakan yang pertama ditenun di Minahasa.

 

 

Itulah jenis-jenis kain tradisional khas Indonesia yang terkenal tidak hanya dalam negeri saja, tapi di luar negeri juga. Hal ini membuktikan bahwa kekayaan budaya Indonesia memang diakui oleh dunia internasional. Ku Ka juga punya rekomendasi produk kain buatan anak bangsa nih, cek di bawah ini ya!

Produk

Baca Artikel Lain

Kabar Terkini  25 Januari 2023

Masyarakat Umum Sudah Bisa Booster Kedua

Penulis: Ku Ka
Editor   : Ku Ka


Kabar Terkini  13 Oktober 2022

Libur Nasional dan Cuti Bersama Tahun 2023

Penulis: Ku Ka
Editor   : Ku Ka


Kabar Terkini  20 September 2022

Timnas Indonesia U-20 Lolos Ke Piala Asia U-20

Penulis: Ku Ka
Editor   : Ku Ka


62 Pride  20 September 2022

BLACKPINK Kenakan Busana Rancangan Desainer Indonesia

Penulis: Ku Ka
Editor   : Ku Ka



Artikel Terbaru

Kabar Terkini  25 Januari 2023

Masyarakat Umum Sudah Bisa Booster Kedua

Penulis: Ku Ka
Editor   : Ku Ka

Kabar Terkini  13 Oktober 2022

Libur Nasional dan Cuti Bersama Tahun 2023

Penulis: Ku Ka
Editor   : Ku Ka

Kabar Terkini  20 September 2022

Timnas Indonesia U-20 Lolos Ke Piala Asia U-20

Penulis: Ku Ka
Editor   : Ku Ka

62 Pride  20 September 2022

BLACKPINK Kenakan Busana Rancangan Desainer Indonesia

Penulis: Ku Ka
Editor   : Ku Ka